A.Pendahuluan
Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna diantara beberapa
ciptaanNya dimuka bumi ini, karena Allah telah melengkapinya dengan tiga
matra (dimensi) persis seperti “segi tiga” yang sama panjang dan
sisinya, yaitu badan, akal dan ruh. Ini adalah matra pokok dalam
kepribadian manusia. Kemajuan, kebahagiaan dan kesempurnaan
kepribadian manusia banyak tergantung kepada keselarasan dan
keharmonisan antara tiga dimensi pokok tersebut.
Untuk mewujudkan adanya keselarasan dan keharmonisan pada tiga
dimensi pokok tersebut, maka hal itu harus diupayakan, yang salah
satunya adalah dengan pendidikan. Karena pendidikan dalam arti yang luas
adalah proses yang berkaitan dengan upaya untuk mengembangkan pada diri
seseorang tiga aspek dalam kehidupannya, yakni pandangan hidup, sikap
hidup dan ketrampilan hidup. Suatu keharusan bahwa dalam proses
penyelenggaraan pendidikan memerlukan sebuah perencanaan atau manajemen
yang matang.
Karena planning atau perencanaan adalah suatu proses menetapkan sejumlah
kegiatan, tujuan, waktu pelaksanaanya, tenaga pelaksana, cara
melaksanakannya, dan prosedur pelaksanaan kegiatan tersebut, semua hal
itu ditetapkan terlebih dahulu untuk mencapai tujuan akhir dari suatu
organisasi. Agar mencapai hasil yang maksimal, maka dalam proses sebuah
pendidikan kiranya tidaklah mungkin dapat dilakukan oleh orang seorang,
secara sendiri-sendiri atau individual, karena permasalahan yang
dihadapi akan semakin bertambah berat, seiring dengan perkembangan zaman
serta tuntutan dan permasalahan yang tengah dihadapi masyarakat. Oleh
karena itu dalam proses penyelenggaraan pendidikan harus dilakukan
dengan kerjasama pada suatu kesatuan yang teratur, rapi serta dengan
perencanaaan yang baik, menggunakan sistem kerja yang efekttif dan
efisien.
Dengan kata lain dalam menghadapi masyarakat / konsumen atau objek
pendidikan yang saat ini semakin komplek dengan berbagai macam
problematikanya, maka penyelenggaraan pendidikan akan dapat berjalan
efektif dan efisien manakala dapat di identifikasi dan di antisipasi
terlebih dahulu berbagai masalah dan hambatan-hambatan yang mungkin akan
muncul.
Manajemen pada awalnya hanya tumbuh dan berkembang pada dunia
industri dan perusahaan saja. Lain dari pada itu, ada juga orang yang
memang belum memahami perlunya manajemen dalam sebuah organisasi demi
keberhasilan program-programnya. Ada dua asumsi pemahaman, pertama bahwa
penerapan dan pengembangan manajemen disini berorentasi pada kegiatan
ekonomi dengan pendekatan rasional. Kedua, hambatan kultural pada
penerapan manajemen dalam organisasi yang tumbuh dan berkembang secara
natural.
Penerapan manajemen yang baik dan tepat guna akan memberikan hasil
yang efektif dan efisien. Karena manajemen berfungsi sebagai
”controling” atau pengendali kegiatan, pemeriksaan, pencocokan,
penilaian, koreksi dan mengusahakan agar pekerjaan dapat terlaksana
sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan menghasilkan secara maksimal.
B.Pembahasan
Menurut Engkoswara (2001:2) bahwa manajemen pendidikan dalam arti
seluas-luasnya adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana menata
sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara produktif
dan bagaimana menciptakan suasana yang baik bagi manusia yang turut
serta di dalam mencapai tujuan yang disepakati bersama.
Banyak literatur yang mengupas tentang mutu sebuah pendidikan
diantaranya seperti; buku yang disusun oleh Zubaidi , yang berjudul
Pendidikan Berbasis Masyarakat , menyoroti tentang belum optimalnya
lembaga pendidikan nasional kita dalam membentuk kepribadian peserta
didik. Karena lembaga pendidikan kita memberikan porsi sangat besar
untuk transmisi pengetahuan, namun melupakan pengembangan sikap.
Sementara E Mulyasa, dalam buku yang berjudul Menjadi Kepala Sekolah
Profesional, secara panjang lebar memaparkan adanya perubahan yang
cukup mendasar pada pendidikan nasional terutama yang berkaitan dengan
Undang-Undang sistem Pendidikan Nasional (Undang-Undang SISDIKNAS),
manajemen dan kurikulum yang diikuti oleh perubahan-perubahan teknis
lainnya. Perubahan-perubahan tersebut diharapkan dapat memecahkan
berbagai permasalahan pendidikan, baik masalah-masalah kovensional
maupun masalah-masalah yang muncul bersamaan dengan hadirnya ide-ide
baru (masalah inovatif). Di samping itu, melalui perubahan tersebut
diharapkan terciptannya iklim yang kondusif bagi peningkatan kualitas
pendidikan, dan pengembangan sumber daya manusia (PSDM), untuk
mempersiapkan bangsa Indonesia memasuki era kesejagatan dalam
kesemrawutan global.
Indra Djati Sidi dalam bukunya yang bejudul Menuju Masyarakat
Belajar, bagian kedua, juga masih menyoroti tentang masalah
peningkatan mutu pendidikan. Manurutnya bahwa mutu pendidikan yang
dicapai oleh pemerintah saat ini masih belum memuaskan. Ternyata kalau
dilihat dari aspek non akademik, banyak kritik terahadap masalah
kedisiplinan, moral dan etika, kreatifitas, kemandirian, dan sikap
demokratis yang tidak mencerminkan tingkat kualitas yang diharapkan oleh
masyarakat luas.
Sedangkan Edward Sallis, dalam bukunya Total Quality Management In
Education, mengatakan bahwa pada peningkatan mutu menjadi semakin
penting bagi institusi yang digunakan untuk memperoleh kontrol yang
lebih baik melalui usahanya sendiri. Kebebasan yang baik harus
disesuaikan dengan akuntabilitas yang baik. Serta Institusi-institusi
harus mendemontrasikan bahwa mereka mampu meberikan pendidikan yang
bermutu pada peserta didik.
Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa untuk mencapai tujuan
yang telah disepakati bersama, maka diperlukan adanya seorang manajer
yang mempunyai kapasitas sebagai seorang leader. Dalam hal ini adalah
kepala sekolah sebagai steak holdernya , maka kepala sekolah adalah
merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam
meningkatkan kualitas pendidikan tersebut.
Karena seorang kepala sekolah harus mempunyai kemampuan dan keahlian
untuk dapat mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan tenaga
pelaksana, serta berupaya secara terus menerus untuk memperbaiki
kualitas layanan, sehingga fokusnya diarahkan ke pelanggan dalam hal ini
adalah peserta didik, orang tua peserta didik, pemakai lulusan, guru,
karyawan, pemerintah dan masyarakat pada umumnya .
Pada dasarnya mutu dari manajemen pendidikan itu dapat diketahui dari
adanya kepuasan para pelanggan/konsumen itu sendiri dan ini yang
menjadi sasaran utama. Sementara pelanggan dapat dibedakan menjadi dua;
pertama pelanggan dalam (internal customer) yang meliputi pengelola
institusi pendidikan seperti : manajer, guru,staff dan kedua pelanggan
luar (external customer) seperti : pemerintah dan masyarakat.
Maka dari itu, untuk memposisikan institusi pendidikan sebagai
industri jasa, harus memenuhi standar mutu. Institusi dapat disebut
bermutu, dalam konsep Total Quality Management, harus memenuhi
spesifikasi yang telah di tetapkan. Secara oprasional, mutu di tentukan
oleh dua faktor, yaitu terpenuhinya spesifikasi yang telah di tentukan
sebelumnya dan terpenuhinya spesifikasi yag di harapkan menurut tuntutan
dan kebutuhan penguna jasa.
Mutu yang pertama di sebut quality in fact (mutu sesungguhnya) dan
yang kedua di sebut quaity in perception (mutu persepsi). Oleh karena
itu sedikitnya terdapat lima sifat layanan yang harus diwujudkan oleh
kepala sekolah agar pelanggan dapat merasa puas; yakni layanan sesuai
dengan yang dijanjikan (reability), mampu menjamin kualitas pembelajaran
(assurance), iklim sekolah yang kondusif (tangible), memberikan
perhatian penuh kepada peserta didik (emphaty), cepat tanggap terhadap
kebutuhan peserta didik (responsiveness).
Adapun bidang garapan/unsur-unsur dari manajemen pendidikan itu
mencakup 1) Kegiatan perencanaan, 2) Pengorganisasian, 3) Penggerakkan,
4) Pengawasan dan Evaluasi, 5) Penataan terhadap sumber daya pendidikan
seperti : kepala sekolah, guru, tenaga administrasi, peserta didik,
kurikulum, pendanaan, sarana dan prasarana, tata laksana dan lingkungan
pendidikan.
Sumber : Omar Mahmud Al-Thoumy Al-Syaibany, Falsafah
Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang 1979 Zamroni, Paradigma
Pendidikan Islam, Yogyakarta: Adipura 2000 E. Mulyasa,Menjadi Kepala
sekolah Profesional, Bandung : PT Remaja Rosdakarya 2003 Edwad Sallis,
Total Quality Management In Education, Jogjakarta 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar