Selasa, 19 Februari 2013

Manajemen Pendidikan

A.Pendahuluan
Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna diantara beberapa ciptaanNya dimuka bumi ini, karena Allah telah melengkapinya dengan tiga matra (dimensi) persis seperti “segi tiga” yang sama panjang dan sisinya, yaitu badan, akal dan ruh. Ini adalah matra   pokok  dalam   kepribadian   manusia.  Kemajuan,    kebahagiaan dan   kesempurnaan   kepribadian   manusia  banyak  tergantung  kepada keselarasan  dan   keharmonisan   antara tiga  dimensi  pokok  tersebut.
Untuk mewujudkan adanya keselarasan dan keharmonisan pada tiga dimensi pokok tersebut, maka hal itu harus diupayakan, yang salah satunya adalah dengan pendidikan. Karena pendidikan dalam arti yang luas adalah proses yang berkaitan dengan upaya untuk mengembangkan pada diri seseorang tiga aspek dalam kehidupannya, yakni pandangan hidup, sikap hidup dan ketrampilan hidup. Suatu keharusan bahwa dalam proses penyelenggaraan pendidikan memerlukan sebuah perencanaan atau manajemen yang matang.



Karena planning atau perencanaan adalah suatu proses menetapkan sejumlah kegiatan, tujuan, waktu pelaksanaanya, tenaga pelaksana, cara melaksanakannya, dan prosedur pelaksanaan kegiatan tersebut, semua hal itu ditetapkan terlebih dahulu untuk mencapai tujuan akhir dari suatu organisasi. Agar  mencapai hasil yang maksimal, maka dalam proses sebuah pendidikan kiranya tidaklah mungkin dapat dilakukan oleh orang seorang, secara sendiri-sendiri atau individual, karena permasalahan yang dihadapi akan semakin bertambah berat, seiring dengan perkembangan zaman serta tuntutan dan permasalahan yang tengah dihadapi masyarakat. Oleh karena itu dalam proses penyelenggaraan pendidikan harus dilakukan dengan kerjasama pada suatu kesatuan  yang teratur, rapi serta dengan  perencanaaan yang baik, menggunakan sistem kerja yang efekttif dan efisien.
Dengan kata lain dalam menghadapi  masyarakat / konsumen atau objek pendidikan yang saat ini semakin komplek dengan berbagai macam problematikanya, maka penyelenggaraan pendidikan akan dapat berjalan efektif dan efisien manakala dapat di identifikasi dan di antisipasi  terlebih dahulu berbagai masalah dan hambatan-hambatan yang mungkin akan muncul.
Manajemen pada awalnya hanya tumbuh dan berkembang pada dunia industri dan perusahaan saja. Lain dari pada itu, ada juga orang yang memang belum memahami perlunya manajemen dalam sebuah  organisasi demi keberhasilan program-programnya. Ada dua asumsi pemahaman, pertama bahwa penerapan dan pengembangan manajemen disini berorentasi pada kegiatan ekonomi dengan pendekatan rasional. Kedua, hambatan kultural pada penerapan manajemen dalam organisasi yang tumbuh dan berkembang secara natural.
Penerapan manajemen yang baik dan tepat guna akan memberikan hasil yang efektif dan efisien. Karena manajemen berfungsi sebagai ”controling”  atau pengendali kegiatan, pemeriksaan, pencocokan, penilaian, koreksi dan mengusahakan agar pekerjaan dapat terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan menghasilkan secara maksimal.
B.Pembahasan
Menurut Engkoswara (2001:2) bahwa manajemen pendidikan dalam arti seluas-luasnya adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana menata sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara produktif dan bagaimana menciptakan suasana yang baik bagi manusia yang turut serta di dalam mencapai tujuan yang disepakati bersama.
Banyak literatur yang mengupas tentang  mutu sebuah pendidikan diantaranya seperti; buku yang disusun oleh Zubaidi  , yang berjudul Pendidikan Berbasis Masyarakat , menyoroti tentang belum optimalnya lembaga pendidikan nasional kita dalam membentuk kepribadian peserta didik. Karena lembaga pendidikan kita memberikan porsi sangat besar untuk transmisi pengetahuan, namun melupakan pengembangan sikap.
Sementara E Mulyasa, dalam buku yang berjudul Menjadi Kepala Sekolah Profesional, secara panjang lebar memaparkan  adanya perubahan yang cukup mendasar pada pendidikan nasional terutama yang berkaitan dengan Undang-Undang sistem Pendidikan Nasional (Undang-Undang SISDIKNAS), manajemen dan kurikulum  yang diikuti oleh perubahan-perubahan teknis lainnya. Perubahan-perubahan tersebut diharapkan dapat memecahkan berbagai permasalahan pendidikan, baik masalah-masalah kovensional maupun masalah-masalah yang muncul bersamaan dengan hadirnya ide-ide baru (masalah inovatif). Di samping itu, melalui perubahan tersebut diharapkan terciptannya iklim yang kondusif bagi peningkatan kualitas pendidikan, dan pengembangan sumber daya manusia (PSDM), untuk mempersiapkan bangsa Indonesia memasuki era kesejagatan dalam kesemrawutan global.
Indra Djati Sidi dalam bukunya yang bejudul Menuju Masyarakat Belajar, bagian kedua,   juga masih menyoroti tentang masalah peningkatan mutu pendidikan. Manurutnya bahwa mutu pendidikan yang dicapai oleh pemerintah saat ini masih belum memuaskan. Ternyata kalau dilihat dari aspek non akademik, banyak kritik terahadap masalah kedisiplinan, moral dan etika, kreatifitas, kemandirian, dan sikap demokratis yang tidak mencerminkan tingkat kualitas yang diharapkan oleh masyarakat luas.
Sedangkan Edward Sallis, dalam bukunya Total Quality Management In Education, mengatakan bahwa pada peningkatan mutu menjadi semakin penting bagi institusi yang digunakan untuk memperoleh kontrol yang lebih baik melalui usahanya sendiri. Kebebasan yang baik harus disesuaikan dengan akuntabilitas yang baik. Serta Institusi-institusi harus mendemontrasikan bahwa mereka mampu meberikan pendidikan yang bermutu pada peserta didik.
Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama, maka diperlukan adanya seorang manajer yang mempunyai kapasitas sebagai seorang leader. Dalam hal ini adalah kepala sekolah sebagai steak holdernya , maka kepala sekolah adalah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan tersebut.
Karena  seorang kepala sekolah harus mempunyai kemampuan dan keahlian untuk dapat mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan tenaga pelaksana, serta berupaya secara terus menerus untuk memperbaiki kualitas layanan, sehingga fokusnya diarahkan ke pelanggan dalam hal ini adalah peserta didik, orang tua peserta didik, pemakai lulusan, guru, karyawan, pemerintah dan masyarakat pada umumnya .
Pada dasarnya mutu dari manajemen pendidikan itu dapat diketahui dari adanya kepuasan para pelanggan/konsumen itu sendiri dan ini yang menjadi sasaran utama. Sementara pelanggan dapat dibedakan menjadi dua; pertama pelanggan dalam (internal customer) yang meliputi  pengelola institusi pendidikan seperti : manajer, guru,staff dan kedua pelanggan luar (external customer) seperti : pemerintah dan masyarakat.
Maka dari itu, untuk memposisikan institusi pendidikan sebagai industri jasa, harus memenuhi standar mutu. Institusi dapat disebut bermutu, dalam konsep Total Quality Management, harus memenuhi spesifikasi yang telah di tetapkan. Secara oprasional, mutu di tentukan oleh dua faktor, yaitu terpenuhinya spesifikasi yang telah di tentukan sebelumnya dan terpenuhinya spesifikasi yag di harapkan menurut tuntutan dan kebutuhan penguna jasa.
Mutu yang pertama di sebut quality in fact (mutu sesungguhnya) dan yang kedua di sebut quaity in perception (mutu persepsi). Oleh karena itu sedikitnya terdapat lima sifat layanan yang harus diwujudkan oleh kepala sekolah agar pelanggan dapat merasa puas; yakni layanan sesuai dengan yang dijanjikan (reability), mampu menjamin kualitas pembelajaran (assurance), iklim sekolah yang kondusif (tangible), memberikan perhatian penuh kepada peserta didik (emphaty), cepat tanggap terhadap kebutuhan peserta didik (responsiveness).
Adapun bidang garapan/unsur-unsur dari manajemen pendidikan itu mencakup 1) Kegiatan perencanaan, 2) Pengorganisasian, 3) Penggerakkan, 4) Pengawasan dan Evaluasi, 5) Penataan terhadap sumber daya pendidikan seperti : kepala sekolah, guru, tenaga administrasi, peserta didik, kurikulum, pendanaan, sarana dan prasarana, tata laksana dan lingkungan pendidikan.
Sumber : Omar Mahmud Al-Thoumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang 1979 Zamroni, Paradigma Pendidikan Islam, Yogyakarta: Adipura 2000 E. Mulyasa,Menjadi Kepala sekolah Profesional, Bandung : PT Remaja Rosdakarya 2003 Edwad Sallis, Total  Quality Management In Education, Jogjakarta 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar